News

ASEAN FAIR 2011
Bali, Wajah Industri Kreatif
hingga Profesor Mesin


Rabu, 26 Oktober 2011
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuka ASEAN Fair 2011, yang berlangsung seiring pelaksanaan KTT ke-19 ASEAN, pada 24 Oktober hingga 23 November 2011. Ajang ini bertujuan untuk memperkuat pilar sosial dan budaya ASEAN. Presiden SBY membuka ASEAN Fair 2011 di Nusa Dua, Bali, Senin (24/10), dengan memukul kentungan.
 
Presiden SBY mengatakan, identitas tunggal ASEAN hanya dapat dipromosikan dengan meningkatkan pemahaman serta apresiasi atas keberagaman dan persamaan sejarah, warisan budaya, maupun cara hidup masyarakat.
 
Ditunjuknya Bali sebagai tuan rumah ASEAN Fair 2011 bukanlah tanpa alasan. Selain merupakan salah satu daerah tujuan wisata terbaik di dunia, Bali juga menjadi gudang pelaku ekonomi kreatif di Indonesia, salah satunya usaha di bidang industri.
 
Mungkin kalangan masyarakat di Indonesia, bahkan dunia, sudah mengenal produk kerajinan tangan khas Bali, seperti produk perak, ukiran, patung/arca, produk tekstil hingga kain sutra, dan produk lainnya. Jutaan turis, baik dari lokal maupun mancanegara, yang berkunjung ke Bali pasti tidak akan lupa membeli dan membawa pulang oleh-oleh khas Bali yang memang jarang ditemui di daerah lainnya.
 
Pelaku industri kreatif seakan tidak putus dengan ide dan inovasi agar produknya terus diminati dan dicintai oleh masyarakat dunia. Bali diakui masyarakat internasioal sebagai daerah yang menghasilkan produk bernilai seni tinggi.
 
Seperti penelusuran Suara Karya ke sejumlah pelaku industri kreatif atau industri kecil berbasis masyarakat di Bali. Kegiatan usaha yang mengusung atau mensyaratkan kreatiivitas dan nilai seni tinggi ini masih berjalan, meski masih terdapat sejumlah masalah dan kendala yang kerap menjadi hambatan untuk pengembangan. 
 
Salah satunya saat Suara Karya berkunjung ke usaha pembuatan rumah kayu oleh PT Paris Bali yang berlokasi di Jalan By-Pass Denpasar, Bali. Turut mendampingi Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian I Nyoman Wirya Artha. Pesanannya tidak tanggung-tanggung, tidak hanya dari pembeli di Indonesia, tetapi juga dari pembeli di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jepang, India, dan Eropa.
 
Produksi rumah berbasis kayu yang dibuat Paris Bali disesuaikan dengan keinginan pembeli, mulai dari tipe 45 hingga yang 100 meter lebih. Untuk pasar ekspor dan luar daerah Bali, produk rumah kayu dikirim secara terurai (completely knock down/CKD) dan siap dirangkaikan (dipasang) di tempat asal pembeli. 
 
Namun, berdasarkan keterangan yang didapat, usaha produksi rumah kayu ini terkendala masalah bahan baku. Saat ini, untuk mendapatkan bahan baku kayu yang baik memakan biaya yang cukup tinggi. Belum lagi masalah pasokan yang tidak pasti.
 
Seharusnya terkait masalah bahan baku kayu untuk usaha pembuatan rumah atau industri lainnya di dalam negeri tidak dipersulit oleh instansi pemerintah tertentu. Dalam hal ini, instansi pemerintah terkait beserta perusahaan-perusahaan produsen kayu bisa mengalokasikan pasokan bahan baku untuk usaha bernilai tambah tinggi di dalam negeri. 
 
Setelah mengunjungi bengkel pembuatan rumah kayu milik Paris Bali, Suara Karya mengunjungi UD Bali Mesin di Jalan Trenggana 95 Penatih, Denpasar. UD Bali Mesin yang merupakan milik Pande Djegog ini awalnya memproduksi berbagai macam senjata tajam berbasis besi/baja, baik untuk keperluan rumah tangga maupun kehidupan sehari-hari lainnya serta untuk keperluan koleksi atau aktivitas seni-budaya. 
 
Pande Djegog, yang memang sejak muda bergelut di usaha bengkel permesinan dan bangunan ini, mulai mendirikan usaha pembuatan senjata tajam di medio 1970-an. Pande Djegog justru mengembangkan usaha dengan membuat peralatan/mesin pengolahan sederhana berbasis besi/baja dan aluminium. 
 
Usaha pembuatan mesin pengolahan sederhana ini berawal dari rasa penasaran Pande Djegog untuk menciptakan peralatan/mesin pengolahan yang bertujuan mempermudah pekerjaan atau usaha masyarakat. Dengan peralatan/mesin pengolahan yang dibuatnya, dia berharap produktivitas dan usaha masyarakat bisa terus berkembang.
 
Kini Pande Djegog sudah menghasilkan ratusan jenis peralatan/mesin pengolahan hasil rekayasa dan rancangan sendiri, termasuk proses rancang bangunnya. Bahkan, produk-produknya sebagian besar sudah dipatenkan.
 
Ada mesin pengolahan pascapanen untuk kegiatan usaha pertanian, pengolahan pertanian, mesin pengiris, mesin pencampur, hingga mesin bubut kayu. Bahkan, Jegog juga membuat mesin pembuatan pupuk organik berbahan baku daun-daunan dan kotoran hewan ternak. 
 
Selain pengusaha, kelompok tani, dan masyarakat lainnya, pembeli mesin dari UD Mesin Bali juga dari kalangan pemerintah daerah dan kebutuhan untuk kegiatan pelatihan. Berbagai alat/mesin produksi Pande Jegog kini sudah membantu para petani/peternak serta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mendapatkan nilai tambah.